Minggu, 08 Desember 2013

Microsporum gypseum

Microsporum gypseum
1)   Morfologi
Microsporum gypseum merupakan fungi yang umum menginfeksi kulit dan rambut. Kurniati dan Rosita (2008) melaporkan bahwa penyakit yang disebabkan infeksi fungi ini antara lain tinea kapitis (infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut) dan tinea favosa (infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit muda).
M. gypseum tumbuh dengan cepat dan matang dalam 6 hingga 10 hari. M. gypseum menghasilkan hifa, makronidia dan mikronidia. Makronidia tersebar banyak, fusiform dan berbentuk simetris dengan ujung bulat, sedangkan mikronidia berjumlah sedikit, bergerombol dan terdapat di sepanjang hifa (Ostrosky-Zeichner 2012). Koloni dari M. gypseum tumbuh dengan cepat; menyebar dengan permukaan yang mendatar dan sedikit berserbuk merah coklat hingga kehitam-hitaman (Brooks et al, 2005) terkadang dengan warna ungu. Serbuk yang berada di permukaan koloni mengandung makrokonidia (Rippon, 1974).
Microsporum gypseum merupakan jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena perkembangbiakannya hanya secara aseksual. koloni berwarna kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan. Jamur ini sering menginfeksi kulit dan rambut (Jawetz, 1982). Makrokonidia dihasilkan dalam jumlah yang besar. Dindingnya tipis dengan ketebalan 8-16 X 20 μ, kasar dan memiliki 4-6 septa, dan berbentuk oval. Makrokonidia terdiri dari 4-6 sel. Mikrokonidia juga dapat nampak, meskipun jarang dihasilkan, terkadang pula mudah tumbuh pada subkultur setelah beberapa kali berganti media pada laboratorium. Mikrokonidianya memiliki ciri-ciri antara lain: berukuran 2,5-3,0 X 4-6 μ (Rippon,1974).

2)   Habitat
Microsporum gypseum merupakan cendawan keratophilik geofilik. Kelembapan, pH, dan kontaminasi faeces menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat isolasi fungus M.gypseum pada binatang-binatang domestik (Emmons et al,1977).

3)   Klasifikasi
Sistematika Microsporum gypseum menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
Spesies : Microsporum gypseum

4)   Fisiologi
Microsporum gypseum memiliki dinding sel yang mengandung kitin bersifat heterotrof, menyerap nutrien melaui dinding selnya, dan mengeksresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungannya (Indrawati dkk.,2006).

5)   Patofisiologi
Seperti dermatofita yang lain, M. gypseum memiliki kemampuan untuk menginfeksi jaringan manusia dan binatang yang berkeratin. Konidia dari M. gypseum diletakkan dan disimpan di suatu lokasi di kulit dimana mereka dapat tumbuh. Konidia tumbuh secara berangsur-angsur, berkembang membentuk suatu lingkaran (Moschella dan hurley, 1992). Ia memproduksi keratofilik proteinase yang efektif pada pH asam dan enzim ini berperan dalam faktor virulensinya (Warnock, 2004).

6)   Cara Penularan
Jamur Microsporum gypseum dapat ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara melalui epitel kulit, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :
a)      Faktor virulensi dari dermatofita
b)      Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
c)      Faktor suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
d)     Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
e)      Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya), faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat mempermudah penyakit jamur ini. (Wicaksana,2008).

7)   Manifestasi klinik
Ada banyak manifestasi klinik yang dapat diakibatkan oleh genus Microsporum, namun hanya ada beberapa penyakit yang secara khas diakibatkan oleh infeksi Microsporum gypseum baik itu mengenai manusia maupun mengenai hewan yang biasanya menjadi hewan
peliharaan, antara lain sebagai berikut:
v  Tinea Capitis
Tinea capitis merupakan salah akibat dari infeksi dermatofita yang mengenai daerah kulit kepala dan rambut. Keadaan ini dimulai pada saat fungus berproliferasi pada permukaan kulit kepala kemudian ia tumbuh ke daerah subepidermis melewati folikel-folikel rambut yang dilanjutkan dengan proses pembentukan keratin yang akan menggantikan folikel-folikel rambut (Emmons et al,1977). Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dengan menggunakan A Wood’s lamp. Rambut yang terinfeksi akan menunjukkan fluoresensi dengan warna hijau (Moschella dan hurley,1992).
v  Tinea Favosa
Favus adalah salah satu bentuk infeksi kronik dari Microsporum gypseum yang mana infeksinya dapat dimulai semenjak kanak-kanak, dan jika tidak dapat ditangani dengan baik maka penderita akan menjadi carier selama hidupnya. (Rippon,1974).
v  Tinea Unguium
Tinea unguinum adalah kerusakan pada dasar kuku yang disebabkan oleh karena infeksi dermatofita terutama oleh Microsporum gypseum. Kerusakan yang terjadi biasanya dimulai dari tepi kuku. Pada kuku yang terinfeksi maka akan tampak ukuran kukunya akan mengecil, memiliki batas yang lebih tegas dibandingkan dengan kuku yang sehat, ada bercak-bercak kuning atau putih yang tersebar pada basis kuku (Rippon,1974).

8)   Pengobatan
Ø  Flukonazol
Flukonazol merupakan bahan yang diisolasi dari Pennicillium janczewski dan mempunyai antidermatofita. Flukonazol secara klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, rambut, dan, kuku. Biasanya diperlukan terapi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (Brooks et al, 2005). Terhadap sel muda yang sedang berkembang flukonazol bersifat antifungi (Ganiswana,1999). Dalam jamur, flukonazol, berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelendong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan (Brooks et al, 2005).
Ø  Terbinafine
Terbinafine adalah zat allylamin yang telah dibuktikan efektif dan aman untuk terapi infeksi dermatofit. Meskipun ia tidak aktif untuk menanggulangi candidiasis seperti preparat azol, namun ia efektif untuk menanggulangi dermatofitosis.
Ø  Ketokonazol
Kerja dari ketokonazol yang diberikan secara oral sama dengan kerja dari derivate imidazol lainnya: mempengaruhi dari formasi ergosterol. Pada manusia, ia akan memberikan efek pada sitokrom p-450. Efek ini akan lebih tampak nyata pada sel jamur daripada sel host karena ketokonazol memiliki kecenderungan untuk mengikat sitokrom sel jamur dari pada sitokrom sel host. Meskipun demikian, pemakaian preparat ini dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan feminisasi, terkadang hepatotoksisitas sirosis. (Ganiswana, 1999).
Ø  Itrakonazol
Itrakonazol adalah preparat azol yang secara ekstensif telah diujicoba di Eropa dan Afrika Selatan. Itrakonazol memiliki kekuatan antifungi yang lebih kuat dibandingkan dengan ketokonazol.
Ø  Amphotericin B.
Preparat ini berbeda dengan preparat obat antifungi lainnya. Ia menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel yang sedang matang. Mekanisme kerja dari amphoterisin B adalah dengan berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membrane sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap ada pada sel. Namun demikian, pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia oleh antibiotik ini menjadi salah satu penyebab efek toksiknya. (Moschella dan Hurley,1992)




Senin, 16 September 2013

bahaya pornografi

4 Hormon yang Menjadi Kacau Akibat Pornografi
(Dampak Mengerikan Dibalik Pornografi)

>>> Baca sampai akhir gan, bikin merinding...

Sering kita dengar kalau Bahaya Pornografi itu adalah merusak otak, mengacaukan pikiran, membuat malas. Just it ??? Ahhhhhh….. saya belum merasa belum puas dengan semua penjabaran itu. Saya butuh yang lebih ekstrim penjabarannya. Setelah mencari – cari beberapa referensi dan mendengarkan ceramah orang, yang tak kunjung menghilangkan dahaga penasaran itu,…… akhirnya saya sekarang tahu Bahayanya Pornografi Bagi Siapapun pecandunya ! Dan sekarang saya ingin berbagi kepada anda.

Saya yakin penjabaran saya akan menjelaskan secara krusial, intinya bahaya pornografi itu apa !

Jadi saya mohon banget perhatian anda sebentar !

Jadi kalau lagi chatting sambil ngakak-ngakak, lagi facebukan untuk ngomentarin status-status teman, lagi download lagu dan film, atau lagi ngeliat-ngeliat gambar…. Plise………. STOP dulu !!!

Baca artikel ini sampai selesai. Baru anda boleh melanjutkan kegiatan anda tadi. Oke ???

Kita Mulai !!!

Pada hari Jumat 1 Oktober 2010 saya mengikuti seminar sehari yand diadakan oleh Yayasan Kita & Buah Hati yang ”dikomandani ” Ibu Elly Risman ,Psi . Pembicaranya adalah : Ibu Elly Risman,Psi dan Dr. Randall F. Hyde,Ph.D

Dr. Randall F. Hyde,Ph.D adalah seorang psikolog senior di negara Amerika sana. Sedangkan Ibu Elly Risman,Psi adalah pakarnya parenting di Indonesai ini.

Pembukaan:

Dia (Dr. Randall F. Hyde,Ph.D) berkata :

”percayalah pornografi adalah suatu bencana yang kami sendiri ( maksudnya negara Amerika sendiri ) keteteran . Negara kami dapat mempersiapkan perang, dengan senjata dan tentara. Negara kami bisa menghadapi penyakit dengan temuan obat – obat dengan penelitian ilmuwan kami. Tapi untuk pornografi…percayalah…. pada awalnya kami tidak siap dan tidak tahu cara apa yang harus dilakukan untuk melawannya. “

Oia, merebaknya pornografi di Amerika pada saat sekarang, sudah jauh berkurang dibandingkan 20 tahun silam.

Ya ! anak – anak di Amerika sana serta remaja -remaja disana dilanda pornografi 20 tahun lalu. Waktu lagi parah – parahnya banget. Sekarang bisa dikatakan sudah sembuh untuk ukuran penyakit satu negara. Kalau negera kita Indonesia, sekarang inilah yang lagi merebak – rebaknya !

”Maka dari itu saya (Dr. Randall F. Hyde,Ph.D) datang kesini, karena saya ingin ikut dalam upaya pembersihan pornografi di negara kita ini. Karena negara kamipun pernah dilanda bencana ini. Dan itu sangat mengganggu. Dan syukurnya kami sudah melewati itu sekarang. “

Dia juga berkata : ” I love your country, I love your people ” ( Saya sempat terharu mendengarnya )

2 detik kemudian saya tertawa, karena berikutnya dia mengatakan : ” I love your cendol too “ Gurakrak hahaha !

Di tubuh kita banyak hormon yang bekerja.

(Tenang bagi yang agak alergi dengan istilah kimia…. meskipun nanti ada istilah kimia, akan dijelaskan secara santai kok ^_^)

Ada 4 hormon yang yang dirusak cara kerjanya. Hormon ini jika bekerja secara normal. Akan menguntungkan kita. Nah pornografi membuat ke – 4 hormon ini keluar secara berlebihan dan terus menerus.

Inilah “daging” dari artikel ini !


* DOPAMINE *
Kalau anda sedang kesusahan mengerjakan suatu soal matematika saat ujian, dateng telat, belom makan, eh pas datang ternyata soalnya susah banget… anda pasrah…. lunglai…. merasa bakal jeblok nilanya…. gara-gara tidak ada satupun soal yang bisa anda kerjakan…

Lagi frustasi frustasinya, tiba -tiba ketemu cara ngerjain soalnya,….. YES !!!!!! I Got IT !!!!! Alhamdullillah !

Bagaimana perasaanya ???? Senang yang bukan main bukan ???!!!! Serasa puas campur bahagia !

Seperti itulah efek hormon dopamine kalau lagi bekerja. Menimbulkan SENSASI Puas, senang , bahagia di dalam dada.

Eits… tunggu dulu…,

Efek dopamine ternyata menimbulkan peningkatan kebutuhan level.

Maksudnya gini… kalau kemaren anda puas dan loncat loncat kegirangan gara – gara mengerjakan soal anak TK, apakah saat besoknya anda mengerjakan soal yang sama anda merasa puas dan loncat loncat yang sama dengan yang anda lakukan kemaren ???

Tentu tidak ! Anda pasti butuh untuk bisa mengerjakan soal anak SD, baru loncat – loncat kegirangan lagi. Betul gak ??? Seperti itulah efek dari bekerjanya si dopamine.

NAHHHHH ! pornografi itu membuat si dopamine bekerja terus menerus ! sayangnya penyebab dia bekerja adalah karena pornografi !

Ilustrasi :

Pertama kali si Nyoman akan berteriak ” oh my god gambar apa sih tuh ! ” ( sambil tutup mata tapi agak direnggangin jarinya buat ngintip )
eh kemaren gambar apa sih … ? mengunjungi lagi situs yang menampilkan gambar perempuan memakai bikini tersebut. Dilihat terus….,
Besok – besoknya si Nyoman harus melihat perempuan bertelanjang dada agar bisa merasakan sensasi yang ” wuooowwww “
Besoknya tentu harus melihat yang lebih parah dari melihat perempuan bertelanjang dada. Bisa yang cuma pakai kancut doank atau langsung bugil.
Begitu seterusnya… dari melihat cewe bugil, melakukan seks, ….. lebih parah…, terus dan terus…, Harus lebih parah atau minimalnya beda gambar, agar merasakan sensasi ” wuooowwww “.

Bisa dibayangkan kan , setelah puas melihat gambar – gambar yang terparah sekalipun…apa yang harus dilakukan agar merasakan sensasi ” wuooowwww ” ??? Nonton videonya beneran donk ! Lalu seterus dan seterusnya ? Melakukan seks beneran donk ! Bener banget !

Waktu melakukan seks juga begitu…. karena dari awalnya dilandaskan si dopamine tadi, maka akan beda dengan seks yang dilakukan orang normal yang biasa. Dia selalu butuh teknik seks yang baru, baru dan baru, kalau perlu yang gak normal dan aneh. Makanya kalau para pelaku seks yang melakukan seks gara – gara pertamanya dia terpincut pornografi, akan butuh gaya yang baru dan menuju ke arah penyimpangan seksual. Sampai jadi nyoba incest ( berhubungan dengan saudara sendiri ), berhubungan seks dengan binatang, pemerkosaan, penyiksaan dalam seks. Hanya karena butuh utuk merasakan sensasi ” wuooowwww ” tersebut.

Mereka tahu itu salah, tapi tetap melakukannya.

Mereka tahu itu salah, tapi tidak bisa melawannya.

Itulah parahnya hormon dopamine yang dibikin bekerja secara terus menerus oleh pornografi !

* NEUROPINIPHRIN *
Kalau seorang pebisnis sejati, otaknya dipenuhi dengan yang namanya peluang dan keuntungan. Ngeliat usaha yang bisa dijadikan ladang uang, selalu dimanfaatkan dengan baik. Instingnya ke bisniiiiis mulu !

Nah inilah yang terjadi juga terhadap para pecandu pornografi. Otaknya selalu berputar – putar dengan yang namanya pornografi. Ngeliat yang ngerangsang dikit, otak udah ngebayanginnya yang lain lain.

Kalau ada perempuan yang memakai baju seksi, mungkin orang normal hanya kan berkata ” perempuan itu seksi” . Tetapi kalau orang yang sudah kecanduan pornografi, akan berfikir, gimana ya rasanya bersetubuh dengan dia…, ( sambil ngiler diem diem bego gitu )

Lagi berdiri disamping perempuan. langsung otaknya ngeres dah ! padahal perempuannya biasa aja. gak ngedance, ngeliuk-liukin badan, apalagi striptise. Sama sekali enggak ! Tapi otaknya sudah yang gimanaaaa gitu.

Itulah yang dirasakan orang yang sudah berurusan dengan pornografi. Ngerusak otak !

Nah inilah yang sering digembor-gemborkan orang bahwa pornografi itu ngerusak otak. inilah yang diamaksudkan. Sering terbayang selalu.

Akibatnya tidak bisa berfikir jernih, males belajar, males mikir, males kretif. Karena otaknya sudah dipenuhi dengan daftar kosakata atau kejadian yang bisa otak dia sambung-sambungin dengan yang namanya seks.

Kerjaannya siapa ? kerjaannya hormon neorupiniphrin yang sudah disutradarai oleh pornografi.

* SEROTONIN *
Saat seorang perokok lagi stress, dia akan merokok. Kenapa begitu ??? karena rokok adalah sesuatu yang bisa membuatnya senang… tentram…, damai,….. piss,…. ( itulah betapa shittnya rokok ! )

Itulah efek kerja dari hormon serotonin. Membuat seseorang merasa nyaman saat hormon itu keluar. Nah saat orang bersentuhan dengan yang namanya pornografi, hormon itupun keluar.

Fly…… lihat porno, gw fly gw tenang, gw oke…. piss man….. Efeknya ????!!!!

Setiap orang itu kesel… orang itu frustasi… orang itu sedih… orang itu kesepian… orang itu mengalamai hal yang menyulitkan dirinya…. dia akan lari ke pornografi ! Karena itu yang membuatnya tentram.

Sedih ya ??? yaiyalah…

Kalo orang stress, pelariannya ke ibadah.. mantep ! Kalo pelariannya ke bermiditasi..keren !

Kalau pelariannya ke hang out bersama teman- teman atau kalau yang perempuan shooping ? Masih okelah. Lah kalau sebuah pelarian haruslah ke pornografi misalkan langsung ke warnet dan langsung searching pretty ukrainian girl ??? yalkkk!

* OKSITOSIN*
Anda tahu kenapa seorang ibu dengan anak – anaknya ada ikatan batin ? Karena hormon oksitosinlah jawabannya.

Saat seorang ibu melahirkan, hormon oksitisoin terpancar banjir keluar dari tubuhnya. Nah efeknya adalah, dia mencintai sesuatu yang membuat orang tersebut mengeluarkan hormon oksitosin itu ! Karena si ibu itu jadi keluar hormon oksitosinnya, gara – gara anak yang dilahirkannya tersebut ! Maka dia akan jadi punya ikatan batin dengan anak tersebut ! Itulah sistem kerjanya si hormon okitosin.

Pornografi itu membuat hormon oksitosin bekerja secara terus menerus pada saat si orang tersebut mengakses pornografi. Sudah tahu kan akibatnya jadi seperti apa ? Dia menjadi terikat secara batin dengan pornografi tersebut. Makanya yang kecanduan pornografi itu, ada rasa kangen, jika tidak melihat pornografi selama beberapa hari. Jyaaaalllk cuih ! terikat batin dengan pornografi !

Apa yang bisa dibanggakan dengan terikatnya seseorang dengan pornografi ???


Itulah penjabaran saya tentang bahaya pornografi yang saya dapat dari Dr. Randall F. Hyde.
Semoga jelas…. semoga nancep. Semoga makin sadar kalau pornografi itu menyebabkan kerusakan otak secara permanen tapi perlahan. yaiyalah ! yang diserang otak !

Bagi yang baca ini setelah ingin memulai terjun di bidang pornografi, yah sebaiknya berhenti ya. Bagi yang sudah kecanduan dan merasa artikel ini ” kok kayaknya gw banget “, silahkan sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa pornografi itu gak bagus frend!

Kecanduan pornografi sebenarnya sama dengan kecanduan narkoba. Kalau kencauan narkoba jelas keliatan parahnya. Kalau kecanduan pornografi tidak kelihatan secara fisik.

Tahu – tahu sudah bego aja tuh otak. Dan serasa tidak berguna yang namanya hidup.


 Copas dari https://www.facebook.com/StatusNasehatUntukSaudaraku

Jumat, 13 September 2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Menurut UU RI No.7 tahun 1996, yang dimaksud pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Mengingat definisi pangan mempunyai cakupan yang luas, maka upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, merupakan suatu keharusan.
Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebas dari bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan.
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman abtara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman.
Untuk mengetahui keadaan higiene alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat masak dan usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman dan pemeriksaan biakan.Saat ini, bakteri Enterococcus faecalis berada pada peringkat ketiga bakteri patogen nosokomial.
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui keadaan higiene alat masak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DASAR TEORI
2.1.1. Klasifikasi Enterococcus
Enterococcus faecalis diklasifikasikan dalam Kingdom Bacteria, Filum Firmicutes, Famili Enterococcaceae, Genus Enterococcus, Spesies Enterococcus faecalis. Pada dasarnya, Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya pada gastrointestinal dan rongga mulut.
Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, kokus gram positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hidrogen peroksida. E.faecalis dapat bertahan pada pH 4-11 dan pada suhu 5°C-50°C. serta resisten pada beberapa antibiotik seperti aminoglikosida, pennisilin, tetrasiklin, klorampenikol, dan vankomisin.Bakteri ini berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 – 1 μm dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal. Pada blood agar, permukaan koloni berbentuk sirkular, halus dan menyeluruh.
Enterococci merupakan bagian dari flora normal usus manusia dan hewan tetapi juga patogen penting bertanggung jawab untuk infeksi serius. Genus Enterococcus mencakup lebih dari 17 spesies, tetapi hanya infeksi klinis penyebab beberapa pada manusia. Dengan meningkatnya resistensi antibiotik, enterococci diakui sebagai patogen nosokomial yang dikhawatirkan dapat menantang untuk mengobati. Di laboratorium, enterococci dibedakan oleh penampilan morfologi mereka pada Gram stain dan budaya (coccus gram positif yang tumbuh dalam rantai) dan kemampuan mereka untuk (1) menghidrolisis esculin di hadapan empedu, (2) tumbuh dalam 6,5% sodium klorida , (3) menunjukkan arylamidase pyrrolidonyl dan leusin aminopeptidase, dan (4) bereaksi dengan kelompok D antiserum. Sebelum mereka ditugaskan genus mereka sendiri, mereka dikenal sebagai kelompok D streptokokus.
            Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium merupakan spesies yang paling umum dibiakkan dari manusia, akuntansi lebih dari 90% dari isolat klinis. Spesies enterococcal lain diketahui menyebabkan infeksi pada manusia meliputi Enterococcus avium, Enterococcus gallinarum, Enterococcus casseliflavus, Enterococcus Durans, Enterococcus raffinosus dan Enterococcus mundtii. E faecium merupakan yang paling resisten vankomisin enterococci (VRE).
2.1.2. Patofisiologi
Infeksi umumnya disebabkan oleh enterococci termasuk infeksi saluran kemih, endokarditis, bakteremia, infeksi kateter terkait, infeksi luka, dan infeksi intra-abdomen dan panggul. Banyak strain menginfeksi berasal dari flora usus pasien. Dari sini, mereka dapat menyebar dan menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi intra-abdomen, dan infeksi luka operasi. Bakteremia dapat mengakibatkan dengan penyemaian berikutnya situs yang lebih jauh. Misalnya, infeksi saluran urogenital atau instrumentasi sering mendahului timbulnya enterococcal endokarditis. Meningitis, infeksi rongga pleura, dan kulit dan jaringan lunak infeksi juga telah dilaporkan.
2.2.  Diagnosa Laboratoorium Usap Alat Masak dan Alat Makan
1.      BAHAN PEMERIKSAAN
Usap alat masak dan usap alat makan
2.      ALAT-ALAT,MEDIA, dan REAGEN
a.       Alat-alat yang diperlukan
·         Inkubator
·         Autoclave
·         Waterbath
·         Mikroskop
·         Sarung tangan steril
·         Lidi kapas steril
·         Tabung reaksi
·         Pipet
·         Petridish
·         Ose
·         Spidol
·         Gunting
·         Kertas celllotape
·         Lampu spritus
·         Rak tabung reaksi
·         Pisau
·         Koloni counter

b.      Media dan reagensia
·         Garam buffer phosphat PH 7,2
·         Media untuk pemeriksaan angka kuman : plate count agar (PCA)
·         Media untuk pemeriksaan biakan
ü  Media enrichmen : Brain heart infusiom broth
ü  Media selektif : Blood agar
ü  Kliger’s Iron Agar (KIA)
ü  Motility Indole Agar (MIU) agar
ü  Reagen oxidasi (Tetramethyl p-phenilene diamine 1% dalam aquadest)
ü  Reagen gula-gula
Ø  Glukose
Ø  Lactose
Ø  Mannitol
Ø  Maltose
Ø  Saccharose
ü Nutrient agar
ü D-nase agar
ü Blood bouillion/Blood broth
ü Gaal lactose lakmooes bouillion
ü Optochin discReagen pewarnaan Gram
ü KOH 10-20%
ü HCl 1%
3.      PEMBUATAN MEDIA dan REAGENSIA
a.       Larutan garam buffer phosphat PH 7,2
Cara pembuatan :
a)      Buat larutan baku (stock) dari garam buffer phosphat sebagai berikut :
ü  Larutkan 34 gr KH2PO4  dalam 500 ml air suling
ü  Tentukan PH 7,2 dengan mempergunakan 175 ml NaOH 1N, lalu encerkan hingga menjadi 1 liter dengan air suling
ü  Sterilkan dalam autoclave hingga 1210 C selama 15 menit
ü  Simpan dalam lemari es hinggan diperlukan
b)      Cairan untuk pengenceran : cairan garam pengencer phosphat
ü  Larutan garam phosphat buffer stock 1,25 ml
ü  Larutan garam fisiologis (0,85%) 1000 ml
ü  Campur kedua larutan hingga rata dan bagi-bagi kedalam botol bervolume 15 ml masing-masing sebanyak ¾ botol
ü  Sterilkan dalam autoclave pada 1210 C selama 15-20  menit dengan terlebih dahulu melonggarkan penutup botol. Setelah steril, kencangkan penutup botol. Setelah steril, kencangkan pentup dan simpan cairan pengencer ini dalam tempat yang bersih sampai waktunya dipergunakan.
b.      Plate Count Agar (PCA)
Cara pembuatan :
ü  Larutan 23,5 gr bubuk kering (dehydrated) PCA dalam 1 liter air suling
ü  Tentukan PH hingga 7,0-0,1
ü  Bagi-bagi dalam tabung masing-masing 8-10 ml, tutup
ü  Sterilkan dalam autoclave pada 1210C selama 15 menit
ü  Biarkan membeku dalam keadan tegak
ü  Untuk pemakaian, panaskan tabung dalam keadaan tegak didalam waterbath pada suhu 450-500C.

c.       Media untuk pemeriksaan biakan
Media ini dapat diperoleh secara komersil dalam bentuk kering yang pembuatannya disesuaikan dengan petunjuk yang tertera pada kemasannya.

4.      PENGAMBILAN,PENGAMANAN dan PENGIRIMAN SPESIMEN
Specimen diambil dari alat yang siap untuk dipergunakan atau yang selesai dicuci. Gunakaan sarung tangan steril sebelum pengambilan specimen dari tiap tempat pengelolaan makanan (TPM), cukup diambil paling banyak 5 usap alat, meliputi :
·         1(satu) usap dari alat piring
·         1(satu) usap dari alat gelas
·         1(satu) usap dari alat sendok
·         1(satu) usap dari alat panic dan sejenisnya
·         1(satu) usap dari alat lainnya
Dari tiap jenis alat masak/makan yang akan diperiksa, diambil 4-5 buah secara acak. Gunakan 1 (satu) lidi kapas steril untuk setiap kelompok jenis alat tersebut.
Sebasai cairan usap alat masak/makan dan media transport, digunakan larutan garam buffer phospat steril dengan PH 7,2 dalam botol bervolume 15 ml dan terisi ¾ botol.
Cara pengambilan specimen
a.       Siapkan lidi kapas steril, buka tutup botol yang telah berisi cairan buffer phospat, masukkan lidi kapas steril kedalamnya.
b.      Lidi kapas steril dalam botol ditetekan ke dinding untuk membuang cairannya, baru kemudian diangkat untuk melakukan usapan.
c.       Cara usapan:
ü  Cangkir dan gelas: usapan dilakukan dengan cara mengelilingi permukaan luar bagian bibir setinggi 6 mm.
ü  Sendok:                     : usapan dilakukan pada seluruh permukaan luar dan dalam mangkok sendok.
ü  Garpu                        : usapan dilakukan pada bagian permukaan dalam dan luar permukaan dengan cara melakukan  2 (dua) usapan yang sayu sama lain saling menyilang siku-siku dari bagian tepi piring.
d.      Pengusapan pada setiap bidang permukaan seperti tersebut diatas dilakukan 3(tiga) kali berturut-turut. Satu lidi kapas dipergunakan untuk 1(satu) kelompok jenis alat yang terdiri dari 4-5 buah.
e.       Pada perabot lainnya pengusapan dilakukan pada bidang seluas 8 inch persegi atau 50 cm2 sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut. Pada 1(satu) kelompok jenis alat, usapan dilakukan pada luas permukaan sebanyak 5(lima) tempat sehingga mencapai luas keseluruhan sebesar 5x8 inch persegi = 40 inch persegi atau 2567 cm2 luas permukaan ( 1 inch persegi = 6,4 cm2 ).
f.       Setiap selesai mengusap 1(satu) alat berasal dari satu jenis alat, lidi kapas steril harus dimasukkan kedalam botol berisi cairan garam buffer phospat, diputar-putar dan ditekankan kedinding untuk membuang cairannya, lalu angkat dan gunakan untuk mengusap alat berikutnya. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh alat dalam satu kelompok diambil usapnya. Dengan demikian maka untuk 1(satu) kelompok jenis alat hanya menggunakan satu lidi kapas.



Cara penanganan dan pengiriman specimen
a.       Setelah semua kelompok alat masak makan/perabot selesai diusap, lidi kapas dimasukkan kembali kedalam botol yang berisi garam buffer phospat, ujung lidi dipatahkan, bibir botol dipanaskan dengan api spritus, lalu botol ditutup.
b.      Beri label pada botol dengan menempelkan kertas cellotip yang telah ditulis dengan spidol, mencantumkan :
ü  Jenis specimen (nama alat masak/makan)
ü  Nama tempat pengolahan makanan (TPM)
ü  Nomor/kode specimen
ü  Tanggal dan waktu pengambilan sampel
ü  Petugas pengambil sampel
c.       Pengiriman specimen dilakukan dalam suhu dingin pada hari yang sama.
d.      Wadah tabung atau botol tersebut dimasukkan lagi dalam wadah lain yang tidak mudah pecah dan tidak bocor dengan diberi penyangga berupa kertas,serbuk kayu dan lain-lain diantaranya.
e.       Bungkus wadah tersebut dan cantumkan alamat yang dituju dengan jelas.
f.       Pengiriman specimen dilakukan dengan memperhatikan sungguh-sungguh syarat pengiriman specimen.
g.      Specimen dikirim dengan disertai surat pengantar.

5.      PROSEDUR PEMERIKSAAN, PEMBACAAN HASIL dan PELAPORAN
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a.       Pemeriksaan angka kuman
b.      Pemeriksaan biakan:
·         E. coli
·         Salmonella
·         Shigella
·         Vibrio cholera dan V.parahaemoliticus
·         Staphylococcus aureus
·         Clostridium perferingens dan C. botulinum
·         Bacillus cereus
·         Enterococcus (streptococcus faecalis)
·         Kapang dan khamir

a.      Pemeriksaan angka kuman
Untuk pemeriksaan  angka kuman, specimen hendaknya segera diperiksa dalam waktu kurang dari 30 menit setelah pengambilan untuk menghindari bertambahnya jumlah kuman atau matinya beberapa kuman dalam cairan garam buffer phospat tersebut.
Cara pemeriksaan :
·         Sediakan 6 buah tabung steril dalam rak tabung. Masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1,10-2,10-3,10-4,10-5,10-6 sebagai kode pengenceran, dan tanggal pemeriksaan.
·         Siapkan pula 7 petridish steril. Pada 6 petridish diberi tanda pada bagian belakangnya sesuai dengan kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan seperti pada butir a. satu petridish lainnya diberi tanda “kontrol”
·         Isi tabung pertama sampai keenam dengan 9ml garam buffer phospat PH 7,2
·         Kocok bahan  specimen sampai homogen. Ambil 1ml masukkan dalam tabung pertama dengan pipet, dibuat sampai homogen.
·         Pindahkan 1ml bahan dari tabung pertama kedalam tabung kedua dengan pipet, dibuat sampai homogen.
·         Demikian seterusnya dilakukan sampai tabung keenam. Pengenceran yang diperoleh pada keenam tabung adalah: 10-1,10-2,10-3,10-4,10-5,10-6 sesuai dengan kode pengenceran yang telah tercantum sebelumnya.
·         Dari masing-masing  tabung diatas dimulai dari tabung  keenam, dengan menggunakan pipet steril diambil 1ml dimasukkan kedalam masing-masing petridish steril,sesuai dengan kode pengenceran yang sama.
·         Kemudian kedalam masing-masing petridish dituang plate count agar cair yang telah dipanaskan dalam waterbath 450c sebanyak 15-20ml. masing-masing petridish digoyang perlahan-lahan hingga tercampur merata dan biarkan hingga dingin dan membeku.
·         Masukkan dalam incubator 370c selama 2x24jam dalam keadaan terbalik.
·         Control dibuat dari cairan garam buffer phospat, dimasukkan kedalam petridish “kontrol” dan dituangi plate count agar cair seperti tersebut diatas sebanyak 15-20 ml.
·         Pembacaan dilakukan setelah 2x24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap petridish.
Pembacaan hasil dan pelaporan
Pembacaan hasil
·         Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada tiap-tiap petridish.
·         Koloni-koloni yang brgabung menjadi satu atau membentuk satu deretan/koloni yang terlihat sebagai garis tebal atau jumlah koloni meragukan dihitung sebagai satu koloni kuman.
·         Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish berisi control. Bila jumlah koloni pada petridish control lebih dari 10, pemeriksaan harus diulang karena sterilisasi dianggap kurang baik. Pemeriksaan ulang harus menggunakan plate count agar dari pembuatan yang lain.
Pelaporan
Pelaporan didasarkan pada perhiotungan angka kuman yang diperoleh.perhitungan hanya dilaksanakan pada petridish yang menghasilkan jumlah koloni 30-300 serta bila jumlah koloni pada petridish control lebih kecil dari 10. Jumlah koloni pada masing-masing petridish ini harus terlebih dahulu dikurangi dengan jumlah koloni pada petridish control.
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100/cm2 permukaan dan tidak boleh mengandung E.coli per-cm2 permukaan alat.

b.      Pemeriksaan Biakan
a)      Pemeriksaan bakteri pathogen
b)      Pemeriksaan kapang dan khamir


a)      Pemeriksaan bakteri Patogen
Bakteri pathogen yang di periksa:
·         E. coli
·         Salmonella
·         Shigella
·         Vibrio cholera dan V.parahaemoliticus
·         Staphylococcus aureus
·         Clostridium perferingens dan C. botulinum
·         Bacillus cereus
·         Enterococcus (streptococcus faecalis)
Cara pemeriksaan:
1.      Siapkan peralatan keja dan bersihkan semua tempat kerja dengan desinfektans.
2.      Dengan menggunakan pipet steril, ambil 1ml specimen dari cairan yang berisi alat usap, tanam dalam media enrichment Brain Heart Infusion broth (BHI broth) khusus untuk bakteri Enterococcus(S. feacalis).
3.      Inkubasi pada suhu 35-370c selama 24 jam.
4.      Siapkan media padat yang akan dipergunakan. Apabila media tersebut sebelumnya disimpan dalam lemari es, sebelum dipakai harus dikeringkan sebentar pada incubator untuk menghilangkan uap air dalam media.
5.      Dengan menggunakan ose yang steril, ambil satu ose spesiment dari masing-masing broth, tanam pada blood agar.
6.      Inkubasi pada suhu 370c selama 24 jam
7.      Amati koloni yang tumbuh pada masing-masing media isolasi.
8.      Koloni yang tumbuh dilanjutkan dengan pemeriksaan biokimia sebagai berikut:
Enterococcus(S.feacalis):
a.       Koloni tersangka dari blood agar ditanam kedalam:
·         Blood Bouillion/Blood broth
·         Blood agar tabung sebagai sub culture
b.      Inkubasi suhu 370c selama 24 jam
c.       Dari kedua media tersebut diatas selanjtnya dibuat sediaan dan dilakukan pengecatan Gram. Bila terlihat berbentuk streptococcus, koloni ditanam lagi pada Azide agar atau Gaal Lactose Lakmose Boulion.
d.      Selanjutnya pada koloni tersangka dilakukan optochin test sebagai berikut:
·         Suspense koloni dari blood agar tabung dipulaskan pada Blood agar(plate), kemudian diletakkan optochin disc.
·         Inkubasi suhu 370c selama 24 jam
e.       Untuk membedakan Enterococcus dengan spesies lainnya dapat pula dilakukan Salt Tolerance Test, sebagai berikut:
·         Inokulasi 2 atau 3 koloni kedalam 6,5% Nacl broth (Nutrien broth+65 gr Nacl/liter)
·         Inkubasi pada suhu 350c
·         Periksa pertumbuhannya dalam 24-48 jam, dimana akan terlihat kekeruhannya dan kadang-kadang terjadi perubahan warna.
·         Pertumbuhan dalam 48 jam yang menunjukkan reaksi positif,
dinyatakan sebagai Enterococcus.

Ciri-ciri pertumbuhan pada media :

·         Pada media selectif blood agar menghasilkan koloni dengan sifat-sifat:
1.      Warna abu-abu
2.      Bentuk bulat,kecil
3.      Alfa,beta atau gamma haemolisa
·         Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat Gram positif (+) coccus, berderet pendek-pendek.
·         Pada azide agar maupun gaal laktosa lakmous Bouillion ada pertumbuhan.
·         Optocin test positif (+) / resisten, dimana terlihat pada pertumbuhan disekitar disc(tidak ada zona hambatan)
*maka dilaporkan sebagai bakteri Enterococcus



BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1.      KESIMPULAN
            Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman abtara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman.

3.2.      SARAN
·         BAGI MASYARAKAT
-          Agar lebih meningkatkan hygiene alat masak.
-          Agar memperhatikan alat masak yang digunakan.









DAFTAR PUSTAKA

Pusat Laboratorium Kesehatan.Petunjuk pemeriksaan mikrobiologi usap alat masak dan usap alat makan.Jakarta: Departemen Kesehatan,1991.