BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Menurut UU RI No.7 tahun 1996, yang dimaksud pangan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan
makanan atau minuman. Mengingat definisi pangan mempunyai cakupan yang luas, maka
upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia, merupakan suatu keharusan.
Selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus
bebas dari bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan
bahan lainnya. Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah,
alat-alat pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari
usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases)
yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan
keracunan.
Salah
satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan adalah
makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan
dan minuman abtara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang
dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman.
Untuk
mengetahui keadaan higiene alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat masak dan usap alat makan
meliputi pemeriksaan angka kuman dan pemeriksaan biakan.Saat ini, bakteri
Enterococcus faecalis berada pada peringkat ketiga bakteri patogen nosokomial.
1.2.Tujuan
Untuk
mengetahui keadaan higiene alat masak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DASAR TEORI
2.1.1. Klasifikasi Enterococcus
Enterococcus
faecalis diklasifikasikan dalam Kingdom Bacteria, Filum Firmicutes, Famili
Enterococcaceae, Genus Enterococcus, Spesies Enterococcus faecalis. Pada
dasarnya, Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya
pada gastrointestinal dan rongga mulut.
Enterococcus
faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob,
kokus gram positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hidrogen
peroksida. E.faecalis dapat bertahan pada pH 4-11 dan pada suhu 5°C-50°C. serta
resisten pada beberapa antibiotik seperti aminoglikosida, pennisilin,
tetrasiklin, klorampenikol, dan vankomisin.Bakteri ini berbentuk ovoid dengan
diameter 0,5 – 1 μm dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan
tunggal. Pada blood agar, permukaan koloni berbentuk sirkular, halus dan
menyeluruh.
Enterococci
merupakan bagian dari flora normal usus manusia dan hewan tetapi juga patogen
penting bertanggung jawab untuk infeksi serius. Genus Enterococcus mencakup
lebih dari 17 spesies, tetapi hanya infeksi klinis penyebab beberapa pada
manusia. Dengan meningkatnya resistensi antibiotik, enterococci diakui sebagai
patogen nosokomial yang dikhawatirkan dapat menantang untuk mengobati. Di
laboratorium, enterococci dibedakan oleh penampilan morfologi mereka pada Gram
stain dan budaya (coccus gram positif yang tumbuh dalam rantai) dan kemampuan
mereka untuk (1) menghidrolisis esculin di hadapan empedu, (2) tumbuh dalam
6,5% sodium klorida , (3) menunjukkan arylamidase pyrrolidonyl dan leusin
aminopeptidase, dan (4) bereaksi dengan kelompok D antiserum. Sebelum mereka
ditugaskan genus mereka sendiri, mereka dikenal sebagai kelompok D
streptokokus.
Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium merupakan spesies yang paling umum dibiakkan dari manusia, akuntansi lebih dari 90% dari isolat klinis. Spesies enterococcal lain diketahui menyebabkan infeksi pada manusia meliputi Enterococcus avium, Enterococcus gallinarum, Enterococcus casseliflavus, Enterococcus Durans, Enterococcus raffinosus dan Enterococcus mundtii. E faecium merupakan yang paling resisten vankomisin enterococci (VRE).
Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium merupakan spesies yang paling umum dibiakkan dari manusia, akuntansi lebih dari 90% dari isolat klinis. Spesies enterococcal lain diketahui menyebabkan infeksi pada manusia meliputi Enterococcus avium, Enterococcus gallinarum, Enterococcus casseliflavus, Enterococcus Durans, Enterococcus raffinosus dan Enterococcus mundtii. E faecium merupakan yang paling resisten vankomisin enterococci (VRE).
2.1.2. Patofisiologi
Infeksi
umumnya disebabkan oleh enterococci termasuk infeksi saluran kemih, endokarditis,
bakteremia, infeksi kateter terkait, infeksi luka, dan infeksi intra-abdomen
dan panggul. Banyak strain menginfeksi berasal dari flora usus pasien. Dari
sini, mereka dapat menyebar dan menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi
intra-abdomen, dan infeksi luka operasi. Bakteremia dapat mengakibatkan dengan
penyemaian berikutnya situs yang lebih jauh. Misalnya, infeksi saluran
urogenital atau instrumentasi sering mendahului timbulnya enterococcal
endokarditis. Meningitis, infeksi rongga pleura, dan kulit dan jaringan lunak infeksi
juga telah dilaporkan.
2.2.
Diagnosa
Laboratoorium Usap Alat Masak dan Alat Makan
1. BAHAN
PEMERIKSAAN
Usap
alat masak dan usap alat makan
2. ALAT-ALAT,MEDIA,
dan REAGEN
a. Alat-alat
yang diperlukan
·
Inkubator
·
Autoclave
·
Waterbath
·
Mikroskop
·
Sarung tangan steril
·
Lidi kapas steril
·
Tabung reaksi
·
Pipet
·
Petridish
·
Ose
·
Spidol
·
Gunting
·
Kertas celllotape
·
Lampu spritus
·
Rak tabung reaksi
·
Pisau
·
Koloni counter
b. Media
dan reagensia
·
Garam buffer phosphat PH 7,2
·
Media untuk pemeriksaan angka kuman :
plate count agar (PCA)
·
Media untuk pemeriksaan biakan
ü Media
enrichmen : Brain heart infusiom broth
ü Media
selektif : Blood agar
ü Kliger’s
Iron Agar (KIA)
ü Motility
Indole Agar (MIU) agar
ü Reagen
oxidasi (Tetramethyl p-phenilene diamine 1% dalam aquadest)
ü Reagen
gula-gula
Ø Glukose
Ø Lactose
Ø Mannitol
Ø Maltose
Ø Saccharose
ü Nutrient
agar
ü D-nase
agar
ü Blood
bouillion/Blood broth
ü Gaal
lactose lakmooes bouillion
ü Optochin
discReagen pewarnaan Gram
ü KOH
10-20%
ü HCl
1%
3. PEMBUATAN
MEDIA dan REAGENSIA
a. Larutan
garam buffer phosphat PH 7,2
Cara
pembuatan :
a) Buat
larutan baku (stock) dari garam buffer phosphat sebagai berikut :
ü Larutkan
34 gr KH2PO4 dalam
500 ml air suling
ü Tentukan
PH 7,2 dengan mempergunakan 175 ml NaOH 1N, lalu encerkan hingga menjadi 1
liter dengan air suling
ü Sterilkan
dalam autoclave hingga 1210 C selama 15 menit
ü Simpan
dalam lemari es hinggan diperlukan
b) Cairan
untuk pengenceran : cairan garam pengencer phosphat
ü Larutan
garam phosphat buffer stock 1,25 ml
ü Larutan
garam fisiologis (0,85%) 1000 ml
ü Campur
kedua larutan hingga rata dan bagi-bagi kedalam botol bervolume 15 ml
masing-masing sebanyak ¾ botol
ü Sterilkan
dalam autoclave pada 1210 C selama 15-20 menit dengan terlebih dahulu melonggarkan
penutup botol. Setelah steril, kencangkan penutup botol. Setelah steril, kencangkan
pentup dan simpan cairan pengencer ini dalam tempat yang bersih sampai waktunya
dipergunakan.
b. Plate
Count Agar (PCA)
Cara pembuatan :
ü
Larutan
23,5 gr bubuk kering (dehydrated) PCA dalam 1 liter air suling
ü
Tentukan
PH hingga 7,0-0,1
ü
Bagi-bagi
dalam tabung masing-masing 8-10 ml, tutup
ü
Sterilkan
dalam autoclave pada 1210C selama 15 menit
ü
Biarkan
membeku dalam keadan tegak
ü
Untuk
pemakaian, panaskan tabung dalam keadaan tegak didalam waterbath pada suhu 450-500C.
c. Media untuk pemeriksaan biakan
Media ini dapat diperoleh secara komersil dalam bentuk
kering yang pembuatannya disesuaikan dengan petunjuk yang tertera pada
kemasannya.
4.
PENGAMBILAN,PENGAMANAN
dan PENGIRIMAN SPESIMEN
Specimen diambil dari alat
yang siap untuk dipergunakan atau yang selesai dicuci.
Gunakaan sarung tangan
steril sebelum pengambilan specimen dari tiap tempat pengelolaan makanan (TPM),
cukup diambil paling banyak 5 usap alat, meliputi :
·
1(satu)
usap dari alat piring
·
1(satu)
usap dari alat gelas
·
1(satu)
usap dari alat sendok
·
1(satu)
usap dari alat panic dan sejenisnya
·
1(satu)
usap dari alat lainnya
Dari tiap jenis alat
masak/makan yang akan diperiksa, diambil 4-5 buah secara acak. Gunakan 1 (satu)
lidi kapas steril untuk setiap kelompok jenis alat tersebut.
Sebasai cairan usap alat masak/makan
dan media transport, digunakan larutan garam buffer phospat steril dengan PH
7,2 dalam botol bervolume 15 ml dan terisi ¾ botol.
Cara
pengambilan specimen
a.
Siapkan
lidi kapas steril, buka tutup botol yang telah berisi cairan buffer phospat, masukkan
lidi kapas steril kedalamnya.
b.
Lidi
kapas steril dalam botol ditetekan ke dinding untuk membuang cairannya, baru
kemudian diangkat untuk melakukan usapan.
c.
Cara
usapan:
ü
Cangkir
dan gelas: usapan dilakukan dengan cara mengelilingi permukaan luar bagian
bibir setinggi 6 mm.
ü
Sendok: : usapan dilakukan pada
seluruh permukaan luar dan dalam mangkok sendok.
ü
Garpu : usapan dilakukan pada
bagian permukaan dalam dan luar permukaan dengan cara melakukan 2 (dua) usapan yang sayu sama lain saling
menyilang siku-siku dari bagian tepi piring.
d.
Pengusapan
pada setiap bidang permukaan seperti tersebut diatas dilakukan 3(tiga) kali
berturut-turut. Satu lidi kapas dipergunakan untuk 1(satu) kelompok jenis alat
yang terdiri dari 4-5 buah.
e.
Pada
perabot lainnya pengusapan dilakukan pada bidang seluas 8 inch persegi atau 50
cm2 sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut. Pada 1(satu) kelompok
jenis alat, usapan dilakukan pada luas permukaan sebanyak 5(lima) tempat
sehingga mencapai luas keseluruhan sebesar 5x8 inch persegi = 40 inch persegi
atau 2567 cm2 luas permukaan ( 1 inch persegi = 6,4 cm2
).
f.
Setiap
selesai mengusap 1(satu) alat berasal dari satu jenis alat, lidi kapas steril
harus dimasukkan kedalam botol berisi cairan garam buffer phospat,
diputar-putar dan ditekankan kedinding untuk membuang cairannya, lalu angkat
dan gunakan untuk mengusap alat berikutnya. Lakukan hal ini berulang-ulang
sampai seluruh alat dalam satu kelompok diambil usapnya. Dengan demikian maka
untuk 1(satu) kelompok jenis alat hanya menggunakan satu lidi kapas.
Cara
penanganan dan pengiriman specimen
a.
Setelah
semua kelompok alat masak makan/perabot selesai diusap, lidi kapas dimasukkan
kembali kedalam botol yang berisi garam buffer phospat, ujung lidi dipatahkan,
bibir botol dipanaskan dengan api spritus, lalu botol ditutup.
b.
Beri
label pada botol dengan menempelkan kertas cellotip yang telah ditulis dengan
spidol, mencantumkan :
ü
Jenis
specimen (nama alat masak/makan)
ü
Nama
tempat pengolahan makanan (TPM)
ü
Nomor/kode
specimen
ü
Tanggal
dan waktu pengambilan sampel
ü
Petugas
pengambil sampel
c.
Pengiriman
specimen dilakukan dalam suhu dingin pada hari yang sama.
d.
Wadah
tabung atau botol tersebut dimasukkan lagi dalam wadah lain yang tidak mudah
pecah dan tidak bocor dengan diberi penyangga berupa kertas,serbuk kayu dan
lain-lain diantaranya.
e.
Bungkus
wadah tersebut dan cantumkan alamat yang dituju dengan jelas.
f.
Pengiriman
specimen dilakukan dengan memperhatikan sungguh-sungguh syarat pengiriman
specimen.
g.
Specimen
dikirim dengan disertai surat pengantar.
5.
PROSEDUR
PEMERIKSAAN, PEMBACAAN HASIL dan PELAPORAN
Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi :
a.
Pemeriksaan
angka kuman
b.
Pemeriksaan
biakan:
·
E.
coli
·
Salmonella
·
Shigella
·
Vibrio
cholera dan V.parahaemoliticus
·
Staphylococcus
aureus
·
Clostridium
perferingens dan C. botulinum
·
Bacillus
cereus
·
Enterococcus
(streptococcus faecalis)
·
Kapang
dan khamir
a. Pemeriksaan
angka kuman
Untuk
pemeriksaan angka kuman, specimen
hendaknya segera diperiksa dalam waktu kurang dari 30 menit setelah pengambilan
untuk menghindari bertambahnya jumlah kuman atau matinya beberapa kuman dalam
cairan garam buffer phospat tersebut.
Cara pemeriksaan :
·
Sediakan
6 buah tabung steril dalam rak tabung. Masing-masing tabung secara berurutan
diberi tanda 10-1,10-2,10-3,10-4,10-5,10-6
sebagai kode pengenceran, dan tanggal pemeriksaan.
·
Siapkan
pula 7 petridish steril. Pada 6 petridish diberi tanda pada bagian belakangnya
sesuai dengan kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan seperti pada butir a.
satu petridish lainnya diberi tanda “kontrol”
·
Isi
tabung pertama sampai keenam dengan 9ml garam buffer phospat PH 7,2
·
Kocok
bahan specimen sampai homogen. Ambil 1ml
masukkan dalam tabung pertama dengan pipet, dibuat sampai homogen.
·
Pindahkan
1ml bahan dari tabung pertama kedalam tabung kedua dengan pipet, dibuat sampai
homogen.
·
Demikian
seterusnya dilakukan sampai tabung keenam. Pengenceran yang diperoleh pada
keenam tabung adalah: 10-1,10-2,10-3,10-4,10-5,10-6
sesuai dengan kode pengenceran yang telah tercantum sebelumnya.
·
Dari
masing-masing tabung diatas dimulai dari
tabung keenam, dengan menggunakan pipet
steril diambil 1ml dimasukkan kedalam masing-masing petridish steril,sesuai
dengan kode pengenceran yang sama.
·
Kemudian
kedalam masing-masing petridish dituang plate count agar cair yang telah
dipanaskan dalam waterbath 450c sebanyak 15-20ml. masing-masing
petridish digoyang perlahan-lahan hingga tercampur merata dan biarkan hingga
dingin dan membeku.
·
Masukkan
dalam incubator 370c selama 2x24jam dalam keadaan terbalik.
·
Control
dibuat dari cairan garam buffer phospat, dimasukkan kedalam petridish “kontrol”
dan dituangi plate count agar cair seperti tersebut diatas sebanyak 15-20 ml.
·
Pembacaan
dilakukan setelah 2x24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh
pada setiap petridish.
Pembacaan hasil dan pelaporan
Pembacaan hasil
·
Hitung
jumlah koloni yang tumbuh pada tiap-tiap petridish.
·
Koloni-koloni
yang brgabung menjadi satu atau membentuk satu deretan/koloni yang terlihat
sebagai garis tebal atau jumlah koloni meragukan dihitung sebagai satu koloni
kuman.
·
Hitung
jumlah koloni yang tumbuh pada petridish berisi control. Bila jumlah koloni
pada petridish control lebih dari 10, pemeriksaan harus diulang karena
sterilisasi dianggap kurang baik. Pemeriksaan ulang harus menggunakan plate
count agar dari pembuatan yang lain.
Pelaporan
Pelaporan
didasarkan pada perhiotungan angka kuman yang diperoleh.perhitungan hanya
dilaksanakan pada petridish yang menghasilkan jumlah koloni 30-300 serta bila
jumlah koloni pada petridish control lebih kecil dari 10. Jumlah koloni pada
masing-masing petridish ini harus terlebih dahulu dikurangi dengan jumlah
koloni pada petridish control.
Peralatan
yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung
angka kuman yang melebihi 100/cm2 permukaan dan tidak boleh
mengandung E.coli per-cm2 permukaan alat.
b. Pemeriksaan
Biakan
a)
Pemeriksaan
bakteri pathogen
b)
Pemeriksaan
kapang dan khamir
a) Pemeriksaan
bakteri Patogen
Bakteri pathogen yang di periksa:
·
E.
coli
·
Salmonella
·
Shigella
·
Vibrio
cholera dan V.parahaemoliticus
·
Staphylococcus
aureus
·
Clostridium
perferingens dan C. botulinum
·
Bacillus
cereus
·
Enterococcus
(streptococcus faecalis)
Cara pemeriksaan:
1.
Siapkan
peralatan keja dan bersihkan semua tempat kerja dengan desinfektans.
2.
Dengan
menggunakan pipet steril, ambil 1ml specimen dari cairan yang berisi alat usap,
tanam dalam media enrichment Brain Heart Infusion broth (BHI broth) khusus
untuk bakteri Enterococcus(S. feacalis).
3.
Inkubasi
pada suhu 35-370c selama 24 jam.
4.
Siapkan
media padat yang akan dipergunakan. Apabila media tersebut sebelumnya disimpan
dalam lemari es, sebelum dipakai harus dikeringkan sebentar pada incubator
untuk menghilangkan uap air dalam media.
5.
Dengan
menggunakan ose yang steril, ambil satu ose spesiment dari masing-masing broth,
tanam pada blood agar.
6.
Inkubasi
pada suhu 370c selama 24 jam
7.
Amati
koloni yang tumbuh pada masing-masing media isolasi.
8.
Koloni
yang tumbuh dilanjutkan dengan pemeriksaan biokimia sebagai berikut:
Enterococcus(S.feacalis):
a.
Koloni
tersangka dari blood agar ditanam kedalam:
·
Blood
Bouillion/Blood broth
·
Blood
agar tabung sebagai sub culture
b.
Inkubasi
suhu 370c selama 24 jam
c.
Dari
kedua media tersebut diatas selanjtnya dibuat sediaan dan dilakukan pengecatan
Gram. Bila terlihat berbentuk streptococcus, koloni ditanam lagi pada Azide
agar atau Gaal Lactose Lakmose Boulion.
d.
Selanjutnya
pada koloni tersangka dilakukan optochin test sebagai berikut:
·
Suspense
koloni dari blood agar tabung dipulaskan pada Blood agar(plate), kemudian
diletakkan optochin disc.
·
Inkubasi
suhu 370c selama 24 jam
e.
Untuk
membedakan Enterococcus dengan spesies lainnya dapat pula dilakukan Salt
Tolerance Test, sebagai berikut:
·
Inokulasi
2 atau 3 koloni kedalam 6,5% Nacl broth (Nutrien broth+65 gr Nacl/liter)
·
Inkubasi
pada suhu 350c
·
Periksa
pertumbuhannya dalam 24-48 jam, dimana akan terlihat kekeruhannya dan
kadang-kadang terjadi perubahan warna.
·
Pertumbuhan
dalam 48 jam yang menunjukkan reaksi positif,
dinyatakan sebagai Enterococcus.
Ciri-ciri
pertumbuhan pada media :
·
Pada media selectif blood agar menghasilkan koloni
dengan sifat-sifat:
1. Warna
abu-abu
2. Bentuk
bulat,kecil
3. Alfa,beta
atau gamma haemolisa
·
Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat Gram positif (+)
coccus, berderet pendek-pendek.
·
Pada azide agar maupun gaal laktosa lakmous Bouillion
ada pertumbuhan.
·
Optocin test positif (+) / resisten, dimana terlihat
pada pertumbuhan disekitar disc(tidak ada zona hambatan)
*maka
dilaporkan sebagai bakteri Enterococcus
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
3.1. KESIMPULAN
Salah satu sumber penularan penyakit dan
penyebab terjadinya keracunan makanan adalah makanan dan minuman yang tidak
memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene makanan dan minuman abtara lain
dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam
proses penyediaan makanan dan minuman.
3.2. SARAN
·
BAGI
MASYARAKAT
-
Agar
lebih meningkatkan hygiene alat masak.
-
Agar
memperhatikan alat masak yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pusat
Laboratorium Kesehatan.Petunjuk pemeriksaan mikrobiologi usap alat masak dan
usap alat makan.Jakarta: Departemen Kesehatan,1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar